Aku Kehilangan
Diriku
Aku mulai kehidupan
yang aneh ini sejak satu dekade silam kini usiaku sudah dua kali lipat sejak
keanehan itu muncul, hanya akulah sajalah yang mengetahui tentang ini semua,
karena tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya baik Ayah dan Ibu.
Aku ingat sekali
kejadian satu dekade lalu , ketika itu aku sedang keluar rumah untuk makan
bersama Ayah, kami makan di sebuah kafé pinggir jalan yang biasa aku datangi
bersama Ayah, tepatnya di jalan pasar baru, kafe yang baru dibuka sehabis senja
, kafe yang berdiri dengan bantuan beberapa tiang sebagai pondasinya dan
beratapkan terpal itu aku singgahi, ketika aku dan ayah sedang menikmati
hidangan tiba-tiba ada seseorang lelaki yang tidak jelas asal usulnya datang
dengan penuh ketakutan yang terlukis pada mimik wajahnya, nafas yang keluar
dari rongga hindungnya pun tenrdengar cepat sekali, seperti sedang ada bencana
besar yung sedang mendekatinya , ternyata dugaanku benar ia langsung menghampiri
meja makanku, lalu menggendongku dan memakaikanku sebuah kalung yang tidak aku
ketahui itu kalung apa , Ayahku langsung bangun dari duduknya lalu berkata
“kau siapa ? turunkan Uka anakku sekarang”
“lebih baik tuan duduk sebelum ajal menjemput tuan” serunya dengan pendangan tajam menuju Ayahku.
Ayah pun mengikuti instruksi lelaki itu dan semua pengunjung di kafe itu pun ketakutan semua, jika Ayahku yang memiliki postur tubuh agak besar saja dibuatnya tidak berdaya apalagi mereka mungkin itu pikirnya. Tidak lama kemudian beberapa mobil polisi pun langsung mengepung kafe itu lalu dengan toa mereka menginstruksikan agar semua pengunjung dan pengelola segera pergi dari kafe itu pergi, mereka pun pergi semua kecuali ayah yang masih duduk di tempatnya, laki-laki itu pun tersenyum lalu ia berkata padaku
“kini penerusku adalah engkau nak, kau akan jadi apa yang kau mau dengan itu” serunya
lalu ia melemparku pada Ayah hingga membuat kami berdua terjatuh menyentuh bumi, beberapa polisi pun masuk ke kafe itu dengan timah panasnya menembak pria yang tadi menggendongku dengan dua tembakan yang mengenai kepala dan dada laki laki itu, ketika laki laki itu terjatuh dan terbujur kaku Ayah tiba-tiba seperti orang kebingungan lalu langsung bangun dan melihat ada seorang lelaki yang tewas tertembak, ada beberapa polisi beserta mobilnya di luar kafe dan ada pula polisi yang mengangkut mayat lelaki itu. Lalu polisi itu bertanya kepada Ayah.
“bapak baik-baik saja ?”
“ada apa ini pak ?” jawab ayahku bingung
“hah, jadi bapak yang ada dalam sini tidak tahu tadi ada baku tembak di tempat ini”
“tidak sama sekali pak tadi seingat saya, saya hanya sedang makan saja disini lalu ketika saya sadar saya sudah tergeletak jatuh disini” jelas Ayah sambil menunjuk tempat tadi ia terjatuh bersamaku, karena lelaki yang tidak jelas itu melemparku ke arah Ayah yang membuat kamu berdua terjatuh.
“baiklah pak ,di tempat ini kami sedang menjalankan tugas untuk menangkap ketua mafia pembobol bank yang selalu lolos dalam pengejaran, mungkin tadi bapak terhipnotis olehnya karena dia bukan orang sembarangan pak, untung saja bapak masih hidup biasanya iya selalu mengorbankan orang lain disekitarnya ketika terjadi penembakan” jelas polisi itu
“jadi seperti itu pak, Alhamdulillah, ayo Uka kita pulang dari tempat ini” lalu aku dan ayah langsung pulang kembali ke tempat bernaung kami.
“kau siapa ? turunkan Uka anakku sekarang”
“lebih baik tuan duduk sebelum ajal menjemput tuan” serunya dengan pendangan tajam menuju Ayahku.
Ayah pun mengikuti instruksi lelaki itu dan semua pengunjung di kafe itu pun ketakutan semua, jika Ayahku yang memiliki postur tubuh agak besar saja dibuatnya tidak berdaya apalagi mereka mungkin itu pikirnya. Tidak lama kemudian beberapa mobil polisi pun langsung mengepung kafe itu lalu dengan toa mereka menginstruksikan agar semua pengunjung dan pengelola segera pergi dari kafe itu pergi, mereka pun pergi semua kecuali ayah yang masih duduk di tempatnya, laki-laki itu pun tersenyum lalu ia berkata padaku
“kini penerusku adalah engkau nak, kau akan jadi apa yang kau mau dengan itu” serunya
lalu ia melemparku pada Ayah hingga membuat kami berdua terjatuh menyentuh bumi, beberapa polisi pun masuk ke kafe itu dengan timah panasnya menembak pria yang tadi menggendongku dengan dua tembakan yang mengenai kepala dan dada laki laki itu, ketika laki laki itu terjatuh dan terbujur kaku Ayah tiba-tiba seperti orang kebingungan lalu langsung bangun dan melihat ada seorang lelaki yang tewas tertembak, ada beberapa polisi beserta mobilnya di luar kafe dan ada pula polisi yang mengangkut mayat lelaki itu. Lalu polisi itu bertanya kepada Ayah.
“bapak baik-baik saja ?”
“ada apa ini pak ?” jawab ayahku bingung
“hah, jadi bapak yang ada dalam sini tidak tahu tadi ada baku tembak di tempat ini”
“tidak sama sekali pak tadi seingat saya, saya hanya sedang makan saja disini lalu ketika saya sadar saya sudah tergeletak jatuh disini” jelas Ayah sambil menunjuk tempat tadi ia terjatuh bersamaku, karena lelaki yang tidak jelas itu melemparku ke arah Ayah yang membuat kamu berdua terjatuh.
“baiklah pak ,di tempat ini kami sedang menjalankan tugas untuk menangkap ketua mafia pembobol bank yang selalu lolos dalam pengejaran, mungkin tadi bapak terhipnotis olehnya karena dia bukan orang sembarangan pak, untung saja bapak masih hidup biasanya iya selalu mengorbankan orang lain disekitarnya ketika terjadi penembakan” jelas polisi itu
“jadi seperti itu pak, Alhamdulillah, ayo Uka kita pulang dari tempat ini” lalu aku dan ayah langsung pulang kembali ke tempat bernaung kami.
Sejak itu aku
merasa aneh sekali ketika aku pegang kalung yang laki-aki tadi berikan itu tiba
tiba orang disekitarku tidak dapat melihatku, lalu ketika kutatap wajah
orang-orang disekitarku seolah aku bisa membaca pikiran mereka , sebenarnya apa yang terjadi dengan
kehidupanku ,aku dapat tidak terlihat juga dapat membaca pikiran orang , ketika aku
lulus SMA, aku sulit sekali mendapat kerja dan aku sering sekali memanfaatkan
kesaktianku itu kugunakan untuk hal hal yang buruk seperti mencuri uang
orang-orang tajir yang bermukim dikompek sebelah pemukiman warga menengah
sepertiku, itu kulakukan karena kondisi keluargaku sangat kritis lagipula hasil
dari itu tidak untukku semua, ada sebagian kuberikan kepada teman dan
tetanggaku yang kurang mampu juga, saat itu dapat kulihat apa yang warga pikir
tentang diriku , Uka Apais adalah seorang yang baik hati, seorang pahlawan di
kampung kami karena mau membagikan rezekinya kepada yang membutuhkan, walau
Ayah dan Ibu sering bertanya aku mendapatkan uang sebanyak itu dari mana, dan
bekerja apa diluar sana, aku bilang saja uang itu adalah uang tip dari orang
yang kulayani, dapat upah lebih dari bos, padahal aku tidak bekerja untuk
siapapun hanya pergi ke warung kopi pada siang hari lalu kembali ketika senja
dan melakukan aksiku , tetapi segala alasan kubuat agar mereka percaya
terhadapku walau aku sudah mengetahui pikiran Ayah dan ibuku yang masih ragu
akan jawabanku, yang masih ingin tahu apa yang sebenarnya kukerjakan hingga aku
mendapat uang sebanyak itu tapi biarlah semua ini biar aku yang menanggung aku
takut meteka berdua kecewa terhadapku jika aku jujur.
Namun lama kelamaan warga kampung kami geger dengan masuknya warga
dari komplek sebelanh yang melaporkan kepada polisi bahwa uang mereka banyak
yang hilang selama beberapa tahun belakangan dan mengira warga kami lah
dalangnya , warga kampung kami dituduh macam-macam dari memelihara tuyul dan
babi ngepet , hingga beberapa polisi masuk dan menggeledah setiap rumah dari
kampung kami itu, muak sekali aku terhadap warga komplek itu biar kuberi
pelajaran nanti mereka ,siapa suruh bermewah-mewahan di atas penderitaan warga
kami, yang setiap hari berusaha dengan susahnya mencari sesuap nasi, memberi
sedikit sedekah saja tidak mau padahal uang yang tersimpan masih banyak sekali
apa ingin ia bawa mati nanti itu semua hartanya pikirku.
Akhirnya kuputuskan
agar tidak melanjutkan aksiku lagi untuk saat ini, ketika kampung sudah aman
barulah aku kembali beraksi lagi , lama kelamaan persediaan uangku mulai
menipis disaat bersamaan banyak sekali tetanggaku membutuhkan bantuan keluarga
ku, mereka bertanya-tanya kepada Ibu dan Ayah bisakah membantu mereka
meminjamkan mereka sedikit uang, Ibu dan
Ayah pun langsung menanyaiku, lalu aku bilang saja kepada mereka bahwa saat ini
kantor sedang pailit jadi pegawainya pun ikut terkena imbasnya. Bingung sekali
aku karena sudah lama aku tidak beraksi lagi, uang persedianku pun menipis dan
sehari hari aku hanya pergi kewarkop yang letaknya cukup jauh dari rumahku,
untuk pura-pura pergi bekerja kepada Ayah dan Ibu.
Dari situ munculah
presepsi banyak orang bahwa keluarga kami lah yang menjadi dalang tercorengnya
nama kampung kami, ketika aku keluar dari ruangan yang biasa kutempati untuk
menyeberangi malam-malamku kulihat dalam pikiran Ayah yang sangat resah dengan
tuduhan warga begitu juga Ibu, ketika mereka melihatku aku melihat dalam
pikiran mereka berdua , mereka ingin menanyakan sebenarnya dari mana asal uang
yang aku dapatkan selama ini dan ingin bermain ketempat kerjaku , sebelum aku
ditanya oleh mereka lebih baik aku keluar saja pikirku , lalu Ayah berkata
padaku
“mau kemana kau nak ?”
“seperti biasa aku mau bekerja Ayah”
“duduk dulu nak, ada yang ingin Ayah tanyakan padamu”
“nanti saja Ayah sehabis pulang bekerja aku lagi sibuk” langsung saja aku keluar rumah tanpa menghiraukan Ayah, ketika beberapa langkah keluar kudapati banyak warga sekitar , ketika mereka melihatku, aku dapat melihat segala pikiran mereka , semuanya hampir sama berpikir buruk tentang diriku dan keluargaku walau ada dari mereka yang menyapaku ,menanyakan aku mau berangkat bekerja, kubalas saja dengan senyuman, lalu kulanjutkan berjalan menuju tujuan utamaku, untuk apa membalas tanya basa-basi orang dengan topeng itu , dari luar baik ternyata di dalamnya berbeda.
“mau kemana kau nak ?”
“seperti biasa aku mau bekerja Ayah”
“duduk dulu nak, ada yang ingin Ayah tanyakan padamu”
“nanti saja Ayah sehabis pulang bekerja aku lagi sibuk” langsung saja aku keluar rumah tanpa menghiraukan Ayah, ketika beberapa langkah keluar kudapati banyak warga sekitar , ketika mereka melihatku, aku dapat melihat segala pikiran mereka , semuanya hampir sama berpikir buruk tentang diriku dan keluargaku walau ada dari mereka yang menyapaku ,menanyakan aku mau berangkat bekerja, kubalas saja dengan senyuman, lalu kulanjutkan berjalan menuju tujuan utamaku, untuk apa membalas tanya basa-basi orang dengan topeng itu , dari luar baik ternyata di dalamnya berbeda.
Sudah dua angkot
ku taiki dan kini tinggal beberapa langkah lagi aku sampai kepada sebuah tempat
yang biasa kudatangi itu, yang menyuguhkan beberapa kopi, aneka gorengan dan
makanan-makanan instan seperti bubur dan mie instan, ditempat yang ruanganya
memeiliki empat sisi membentuk persegi panjang yang tidak terlaru besar dan hanya berpintukan oleh kain itu saja tersedia
dua bangku panjang yang satu agak panjang ,dan yang satu lagi hanya setengah
dari bangku itu , aku langsung memesan sebuah kopi lalu duduk di bangku yang
panjang itu di samping seorang lelaki tua, satu satunya pengunjung yang ada
ditempat ini, ia sedang menikmati kopi sambil menghisap kretek , walaupun dari
mimik wajahnya terlihat seperti orang yang sedang mengalami masalah besar dalam
hidupnya tapi dalam pikiranya tidak kutemukan apa-apa hanya rasa santai dan
tanpa masalah, lalu lelaki dengan dengan kerutan wajah dan pori pori yang sudah
terlihat diwajahnya itu melihatku ketika kopi yang kupesan itu telah selesai
dibuat oleh pelayan tempat sederhana ini ia bertanya kepadaku.
“ada masalah apa kau nak? Masih muda kok banyak sekali pikiran” tanyanya yang membuatku binggung, bagaimana ia bisa tahu masalahku padahal aku sama sekali tidak menampakkan kegelisahan dalam wajahku apa jangan-jangan ia memiliki kelebihan yang sama dengan diriku pikirku.
“tidak perlu bingung nak, kakek sudah tahu bagaimana kebiasaan orang walau kamu tidak terluhat gelisah, maklum kakek kan sudah terlalu lama memikmati dunia ini” tanyanya lagi sambil mengeluarkan kebulan asap dari mulutnya.
“iya kek, aku bingung sekali terhadap warga disekitar kampungku ,padalah keluargaku sudah banyak membantu mereka, tetapi sekarang malah mereka yang menuduh keluargaku macam-macam” jawabku
“oh jadi itu masalahmu , tidak perlu bingung nak manusia memang seperti itu disaat kita di atas mereka pasti manyanjung kita, ketika sudah sulit barulah mereka dapat lebih menyulitkan lagi”
“iya kek benar sekali banyak mereka yang memakai topeng sebagai teman lalu ketika dibuka malah mencoba menjatuhkan, oia kakek dari mana ?sepertinya aku baru melihat kakek disini”
“tidak perlu kau tanyakan kakek dari mana , sebenarnya kakek tahu niat kamu memang baik tetapi kamu salah nak, sebaiknya gunakanlah kelebihanmu itu untuk hal yang lebih bermanfaat lagi sebelum itu menjadi boomerang bagi dirimu ,bukankan kau telah melihat sebelumnya yang terjadi kepada orang sebelum engkau” aku langsung terkejut mendengar jawaban itu, dari mana ia tahu semuanya , padahal kalung itu saja telah tertutup oleh kausku.
“lebih baik kau pikirkan lagi kata-kata kakek ,kau memang baik tetapi masih ada sedikit pikiran kotor di otakmu jadi pikirkan lah baik-baik sekarang” tegasnya ,lalu langsung lelaki tua itu berdiri dan membayar apa yang ia pesan , lalu keluar dan menatapku dengan senyuman dan berkata lagi padaku.
“pikirkanlah baik-baik ya nak jangan gegabah” ucapnya dan langsung keluar dari warkop itu.
langsung saja aku bangun dari kursi itu dan mencoba mengejarnya tetapi ketika kau keluar kakek itu sudah menghilang, lalu aku kembali masuk dan menghabiskan kopi yang kupesan dan berfikir apakan aku harus beraksi atau tidak, dan aku memutuskan untuk tidak beraksi lalu hanya berjalan-jalan menunggu senja barulah aku pulang.
“ada masalah apa kau nak? Masih muda kok banyak sekali pikiran” tanyanya yang membuatku binggung, bagaimana ia bisa tahu masalahku padahal aku sama sekali tidak menampakkan kegelisahan dalam wajahku apa jangan-jangan ia memiliki kelebihan yang sama dengan diriku pikirku.
“tidak perlu bingung nak, kakek sudah tahu bagaimana kebiasaan orang walau kamu tidak terluhat gelisah, maklum kakek kan sudah terlalu lama memikmati dunia ini” tanyanya lagi sambil mengeluarkan kebulan asap dari mulutnya.
“iya kek, aku bingung sekali terhadap warga disekitar kampungku ,padalah keluargaku sudah banyak membantu mereka, tetapi sekarang malah mereka yang menuduh keluargaku macam-macam” jawabku
“oh jadi itu masalahmu , tidak perlu bingung nak manusia memang seperti itu disaat kita di atas mereka pasti manyanjung kita, ketika sudah sulit barulah mereka dapat lebih menyulitkan lagi”
“iya kek benar sekali banyak mereka yang memakai topeng sebagai teman lalu ketika dibuka malah mencoba menjatuhkan, oia kakek dari mana ?sepertinya aku baru melihat kakek disini”
“tidak perlu kau tanyakan kakek dari mana , sebenarnya kakek tahu niat kamu memang baik tetapi kamu salah nak, sebaiknya gunakanlah kelebihanmu itu untuk hal yang lebih bermanfaat lagi sebelum itu menjadi boomerang bagi dirimu ,bukankan kau telah melihat sebelumnya yang terjadi kepada orang sebelum engkau” aku langsung terkejut mendengar jawaban itu, dari mana ia tahu semuanya , padahal kalung itu saja telah tertutup oleh kausku.
“lebih baik kau pikirkan lagi kata-kata kakek ,kau memang baik tetapi masih ada sedikit pikiran kotor di otakmu jadi pikirkan lah baik-baik sekarang” tegasnya ,lalu langsung lelaki tua itu berdiri dan membayar apa yang ia pesan , lalu keluar dan menatapku dengan senyuman dan berkata lagi padaku.
“pikirkanlah baik-baik ya nak jangan gegabah” ucapnya dan langsung keluar dari warkop itu.
langsung saja aku bangun dari kursi itu dan mencoba mengejarnya tetapi ketika kau keluar kakek itu sudah menghilang, lalu aku kembali masuk dan menghabiskan kopi yang kupesan dan berfikir apakan aku harus beraksi atau tidak, dan aku memutuskan untuk tidak beraksi lalu hanya berjalan-jalan menunggu senja barulah aku pulang.
Setibanya dirumah
aku langsung masuk kedalam ruangan tempatku melewati malam-malamku, di atas
empuknya tumpukan kapuk yang terdapat di dalam ruangan empat sisi ini aku
memikirkan kejadian di warung kopi tadi, seorang Kakek yang tidak jelas dari
mana, menasehatiku lalu tiba-tiba menghilang. Tiba-tiba Ibu masuk kedalam
kamarku dan memberi tahu bahwa rumah temanya yang anaknya adalah temanku
sewaktu SMA itu terbakar habis dan Ibu ingin sekali membantunya ia menanyakan
kepadaku apakah aku memiliki sedikit rezeki untuk disumbangkan kepada mereka dan
berkunjung kemereka, lalu kujawab besok saja sepulang aku bekerja kita
mengunjungi mereka dan Ibupun mengiyakanya.
Keesokan harinya
aku kembali ketempat kopi yang biasa kukunjungi itu lalu berpikir bagaimana aku
harus mendapatkan uang untuk membantu teman Ibuku dan temanku juga ,karena
pikiranku saat itu sedang buntu aku memutuskan keluar dan mencari tempat untuk
berpikir sejenak, aku putuskan untuk berjalan hingga kutemui tempat yang pas
untuku berpikir tetapi tidak kutemui tempat yang kucari itu, mataharipun
semakin menuju ke ufuk barat, akupun masih terus berjalan lalu kulihat ada
sebuah tempat dimana orang-orang mengambil uang tabunganya, dan ada seseorang
yang sedang mengambil uangnya di sebuah ATM
yang terdapat di tempat itu, tanpa berpikir panjang aku langsung menuju
gang kecil yang ada di seberang tempat itu lalu memegang kalungku sehingga aku
tidak terlihat, ku datangi seorang yang masih ada didalam tempat pengambilan
uang itu ternyata ia wanita tua pasti sangat mudah pikirku ,lalu aku masuk dan
memukul kepala perempuan itu sehingga ia tak sadarkan diri lalu aku ambilah
semua uang yang terdapat di dalam tasnya itu dan memasukan kesetiap sakuku.
Lalu aku
memutuskan untuk segera pulang dan pergi ke rumah temanku yang Ibunya merupakan
teman Ibuku pula , belum sampai kerumah aku memutuskan membeli beberapa minuman
disebuah warung pinggir jalan tiba tiba kulihat disebuah warung yang terdapat
televisi ada berita yang mengabarkan tentang perampokan yang terjadi di sebuah
ATM dan ternyata itu adalah aku, wajahku terlihat di berita itu , dengan
langkah panjang aku berlari menuju tempat yang sunyi membuat diriku tak
terlihat dan tak tahu harus berbuat apa, betapa bodohnya aku ,aku tidak
berpikir bahwa terdapat kamera CCTV di
dalam ATM itu , aku tidak
mendengarkan nasehat kakek tua itu , kini setiap warga pasti sudah mengetahui
tentang diriku dan mungkin aku sudah menjadi buruan para polisi hanya penyesalan
yang terjadi saat itu, kuputuskan untuk tidak membuat malu keluargaku lebih
dalam lagi kini sebuah pukulan keras sedang menuju kekepalaku, aku berjalan
menuju jembatan penyeberangan , kubuang kalung itu ke sebuah aliran sungai
satu-satunya yang mengalir di sepanjang ibukota , tanpa berfikir panjang
akhirnya akupun melompatinya dan mengakhiri hidupku sebelum tubuhku terjatuh munculah
wajah kakek yang kutemui di warung kopi itu ia sempat berkata padaku.
“kau memang anak yang baik nak, coba saja kau mau ikuti sedikit saranku pasti kalung itu tidak akan menguasaimu, dan kau tidak akan bertemu pemilik kalung itu sebelumya di alam setelah alam yang akan kau tinggalkan ini”
Dan akupun mati karena kecerobohan diriku dan karna aku bukan menjadi diriku sendiri.
“kau memang anak yang baik nak, coba saja kau mau ikuti sedikit saranku pasti kalung itu tidak akan menguasaimu, dan kau tidak akan bertemu pemilik kalung itu sebelumya di alam setelah alam yang akan kau tinggalkan ini”
Dan akupun mati karena kecerobohan diriku dan karna aku bukan menjadi diriku sendiri.
Kartini, November
2012
Dos Santos
Dos Santos