Sebuah Sajak dari Seorang yang Merindukan Kemenangan
Sebelum fajar, lelaki
itu berkemas
ia meletakkan tubuhnya diantara ayat-ayat suci
mendengar kata-kata cinta, kasih, ironi, ancaman, serta malapetaka.
ia meletakkan tubuhnya diantara ayat-ayat suci
mendengar kata-kata cinta, kasih, ironi, ancaman, serta malapetaka.
Ia lupa bahwasanya ia
tengah mengadap Yang satu
sedang pikirnya masih bermain-main di kedai dunia
hingga larut dalam pasar malam sandiwara
sedang pikirnya masih bermain-main di kedai dunia
hingga larut dalam pasar malam sandiwara
Lelaki itu tak pernah
tahu
bilamana ia terlahir tiap tahunnya
kembali seperti tangis pertamanya di bumi
bilamana ia terlahir tiap tahunnya
kembali seperti tangis pertamanya di bumi
Lelaki itu seperti tak
kenal arah
Ia hanya terpaku dalam doa
dan menunggu dari tiap sujudnya yang sedikit
Ia hanya terpaku dalam doa
dan menunggu dari tiap sujudnya yang sedikit
Hingga pada suatu bulan
ia kembali pada rumah yang membesarkannya
di mana ia merasakan tiap bait-bait kemenangan dari dekat
ia kembali pada rumah yang membesarkannya
di mana ia merasakan tiap bait-bait kemenangan dari dekat
Ia menerima sebuah
pakaian baru
tapi tidak tahu untuk apa ia memakainya
tidak seperti anak-anak bocah yang kegirangan
berlarian dan tampak memahami arti kesenangan
tapi tidak tahu untuk apa ia memakainya
tidak seperti anak-anak bocah yang kegirangan
berlarian dan tampak memahami arti kesenangan
Pada akhir ramadhan
ia temui sebuah air mata,
yang lirih tanpa sedikit suara
ia temui sebuah air mata,
yang lirih tanpa sedikit suara
Kini lelaki itu pun
tahu,
akan makna pada tiap kelahirannya
ketika ia saksikan tangis yang pecah
dari seorang yang telah mengenalkannya pada dunia
akan makna pada tiap kelahirannya
ketika ia saksikan tangis yang pecah
dari seorang yang telah mengenalkannya pada dunia
Kini, entah najis
ataupun suci.
ia serahkan kepada Yang satu
sembari meletakan kata-kata dalam benaknya
: Sebuah sajak dari seorang yang merindukan kemenangan
ia serahkan kepada Yang satu
sembari meletakan kata-kata dalam benaknya
: Sebuah sajak dari seorang yang merindukan kemenangan
Jakarta, 07.08.13