Balada Terbunuhnya Julius Caesar*
*Fragmen Pertama, Saduran dari Naskah Julius Caesar Karya William Shakespeare
Pagi itu setelah kembali dari peperangan yang menyakitkan, bersejarah
serta mengharukan aku kembali menuju Roma –rumahku, tanah kelahiranku,
bangsaku. Beberapa langkah sebelum mencapai lapangan, ku
dengar suara gemuruh, suara rakyat-rakyatku sudah siap menyambutku. Menyabut
kemenangan yang kubawa menuju Roma.
Akupun masuk melewati tirai menuju lapangan, tampak miliaran rakyatku
sedang berkumpul menunggu aku berpidato, mereka bersorak-sorai, aku sangat
senang sekali. Akulah raja Roma yang paling dihormati saat ini, sebelum aku
memulai berpidato Casca memberi arahan terlebih dahulu.
“Tenang wahai rakyat, Raja kita Caesar ingin bicara”
“Wahai rakyat-rakyatku, saat ini Raja kalian telah kembali, bersama
kemenangan, bersama kejayaan negeri kita ini” lalu miliaran rakyat yang
berkumpul pada lapangan itu pun bersorak
gembira, mereka sama seperti halnya diriku –merasakan euphoria kemenangan.
Tiba-tiba tampak seorang memanggil namaku
“Caesar !” sebutnya
“Siapa itu ?” sahutku, lalu casca kembali menenangkan
“Suruh diam! Semua tenang kembali” seru Casca
“Siapa diantara orang banyak memanggil aku? Aku mendengar lidah yang
lebih melengking dari semua musik, teriakan Caesar, bicaralah. Caesar siap
mendengarkan”
“Berhati-hatilah pada pertengahan maret” seru orang itu lagi
“Siapa itu ?”
“Ia menyuruh anda berhati-hati pada pertengahan maret Tuan” seru Brutus
“Siapa itu?” tanyaku
“Seorang ahli nujum” seru Brutus
“Suruh ia kemari, aku ingin melihat wajahnya” lalu ahli nujum itupun
segera memisahkan dirinya dan tepat berdiri dibawahku
“Hati-hatilah pada pertengahan maret” seru ahli nujum itu
“Baiklah, dia seorang ahli Casca biarkan ia jalan untuk pulang” akupun
langsung pergi meninggalkan lapangan untuk pulang dan kembali pergi menemui Antonius seorang panglima yang kuangkat menjadi Triumvirat
kerajaan.
***
Hari pun mulai gelap, muncul Guntur yang sangat dahsyat, suara
gemuruhpun tak terhindahkan di luar rumah. Tetapi untuk melengkapi pestaku kupanggil
pelayan untuk pergi menemui
pendeta dan memanggil Calipurnia.
“Wahai pelayan suruh para pendeta membuat sesajen, dan beritahu aku
pendapat mereka tentang keberhasilan, sekalian kau panggil Calpurnia”
“Baik tuanku” lalu Calpurnia pun masuk
“Mau kemana kau Caesar? Apa kau mau pergi? hari ini kau tak boleh
meninggalkan rumahmu” seru Calpurnia
“Aku akan pergi. Hal yang mengancam, aku tidak akan menatap punggungku. Jika mereka melihat
wajahku
mereka akan sirna”
“Caesar, aku tidak pernah percaya pada takhayul, tapi kini aku takut.
Diantaranya, disamping segala yang pernah kita dengar dan lihat, berita
pandangan yang paling mengerikan yang dilihat oleh pengawal. Seekor singa telah
beranak di jalan. Kuburan menganga dan memuntahkan isinya.
Hulubalang-hulubalang yang garang dan perkasa berperang di atas awan. Barisan
dan susunan pasukan seperti dalam peperangan. Hingga darah bertetesan di atas
Kapitol. Hiruk pikuk pertempuran mengguruh di udara, kuda-kuda meringkik dan
orang-orang mengerang sekarat. Sedangkan hantu-hantu memekik dan berteriak di
jalan. Oh, Caesar! Semuanya tidak biasa dan aku takut padanya”
“Apa bisa dielakkan kalau dewa-dewa kuasa telah menetapkannya? Tapi aku
akan pergi. karena tanda-tanda ini berlaku bagi dunia umumnya, seperti juga
bagiku”
“Jika pengemis mati, tak pernah kelihatan bintang berekor. Langit
sendiri meniupkan kematian para pangeran”
“Orang pengecut mati berkali-kali sebelum saatnya, seorang pemberani
hanya merasakan mau satu kali. Dari semua keanehan yang pernah kudengar, yang
paling aneh kurasakan ialah kalau orang ketakutan melihat maut, akhir yang tak
bisa dielakkan, datang pada saanya” lalu pelayan pun masuk
“Wahai pelayan, apa kata tukang-tukang tenun itu?” tanyaku
“Mereka tidak ingin tuanku keluar hari ini. Waktu mengeluarkan isi perut
hewan korban, mereka tak menemukan jantung di dalamnya
“Dewa-dewa melakukan ini untuk menakut-nakuti orang pengecut. Aku sama
saja dengan hewan tak berjantung, jika hari ini ia tak keluar rumah karena
takut. Tidak. Aku tidak akan tinggal. Bahaya tahu betul bahwa Aku lebih
berbahaya dari dia. Kami adalah dua ekor singa yang dilahirkan pada hari yang
sama, dan aku adalah yang tertua dan paling menakutkan. Aku akan pergi” tegasku
“Tuanku, hikmah tuan lenyap oleh kepercayaan pada diri yang keterlaluan.
Jangan keluar hari ini. Sebutlah ketakutanku yang membuat Tuan tinggal di
rumah, dan bukan karena ketakutanmu. Biar kita kirim Marcus Antonius ke gedung
senat, supaya ia memberitakan kau hari ini tidak sehat. Kabulkanlah
permintaanku yang kuajukan sambil berlutut di depanmu” seru Calpurnia
“Marcus Antonius akan menyampaikan bahwa aku tak sehat, dan demi
kesenanganmu aku akan tinggal di rumah” lalu masuk Decius
“Ah, ini Decius Brutus. Ia bisa menyampaikan pada mereka”
“Caesar, salam! Selamat pagi, Caesar budiman. Aku datang menjemput Anda
untuk pergi ke senat” seru Delcius
“Kau datang pada saat yang baik, untuk menyampaikan salamku pada para
senator, dan mengatakan bahwa aku tidak akan datang hari ini. Tidak bisa
sebetulnya adalah dusta dan tidak berani lebih dusta lagi – aku tidak mau
datang hari ini. Sampaikan begitu pada mereka, Decius”
“Katakan ia sakit” seru Calpurnia
“Apa Aku harus menyampaikan dusta? Apa dalam menaklukan aku sudah
menjangkaukan lengan begitu jauh, hingga aku harus takut menceritakan
sebenarnya pada orang-orang berjanggut putih? Decius, katakan pada mereka Aku
tidak mau datang”
“Caesar yang perkasa. Bekali aku dengan sebabnya hingga aku tidak
ditertawakan kalau aku berkata begitu” seru Delcius
“Sebabnya ialah kehendakku – aku tidak mau datang, itu cukup untuk
memuaskan senat. Tapi untuk kepuasan pribadimu, karena aku sayang padamu, aku
akan katakan. Istriku Calpurnia menghendaki supaya aku tinggal di rumah. Tadi
malam ia bermimpi melihat patungku, merupakan air mancur dengan berates
pancuran memancurkan darah murni. Sedangkan sanak saudaraku orang Roma yang
gembira datang sambil tersenyum dan membasuh tangan mereka di dalamnya. Hal ini
ia tafsirkan sebagai peringatan dan tanda ada bahaya mengancam, dan karenanya
sambil berlutut ia ia memohon padaku supaya aku sudi tinggal di rumah”
“Mimpi itu ditafsirkan salah sekali. Itu adalah undangan yang baik dan
menguntungkan. Patung Anda memancurkan darah melalu banyak pipa, tempat begitu
banyak orang mandi sambil tersenyum. Itu
menunjukan bahwa dari dirimu Roma besar akan menghisap darah yang menghidupkan
dan bahwa orang-orang besar akan berebut tanda kenangan, sisa-sisa dan
lambing-lambang. Ini dipertegas dalam mimpi Calpurnia” seru Delcius
“Dengan cara begitu kau sudah memberikan tafsir yang benar, Delcius”
“Memang. Kalau Anda sudah mendengarkan apa yang dapat kukatakan. Ini aku
sudah tahu – senat sudah memutuskan untuk menyerahka mahkota pada Caesar
perkasa hari ini. Jika Anda mengirimkan pesan Anda tidak akan datang, mereka mungkin
akan merubah pendiriannya. Lagipula mungkin ada yang akan mengejek, karena ada
yang akan berkata “Bubarkan senat sampai kesempatan lain. Kalau istri Caesar
telah memperoleh mimpi lebih baik” Kalau Caesar sendiri menyembunyikan diri,
apa tidak mungkin mereka akan bekata “Oh, apa Caesar takut?” maafkan aku
Caesar, karena cintaku yang besar pada kebajikan anda memaksaku menceritakan
ini. Dan mendorong aku berpikir sesuai denagn rasa sayangku”
“Lihatlah bagaimana tak beralasannya ketakutanmu, Calpurnia! Aku malu
karena telah menurutinya. Berikan jubahku, karena aku mau pergi”
Akupun akhirnya pergi, tiba-tiba di tengah jalan dekat capitol. Masuk
Artemidorus kedalam kendaraananku seraya membacakan surat untukku.
“Caesar, hati-hatilah terhadap Brutus, awasi Cassius, jangan dekat pada
Casca, perhatikan Cinna, jangan percayai Trebonius; amatilah Cimber, Decius
Brutus tak sayang padamu; kau telah menyakiti Caius Ligarius. Dalam diri mereka
hanya ada satu I’tikad menentang Caesar. Kalau kau bukan orang yang kebal
terhadap kematian, hati-hatilah. Kepastian member jalan untuk komplotan. Semoga
dewa melindungi kau! Kekasihmu, Artemidorus”
lalu ia pun langsung pergi.
***
Sampai juga aku pada Roma. Depan Kapitol, senat duduk di atas. Orang
banyak diantara mereka Artemidorus dan tukang tenung. Bunyi terompet. Akupun masuk bersama, Brutus Cassius, Casca,
Decius, Metellus, Trebonius, Cinna, Antonius, Lepidus, Popilius, Publius dan yang
lainnya.
“Pertengahan Maret sudah datang” seruku
“Ya, Caesar, dan belum lagi pergi” seru tukang tenung
“Salam, Caesar. Bacalah surat ini” sambung Artemidorus
“Trebonius minta supaya Anda membaca banyak di kala senggang itulah
permohonan yang hina” tembah Decius
“Oh, Caesar. Bacalah punyaku dulu, karena punyaku lebih menyentuh kepentingan Caesar.
Bacalah, Caesar yang besar” mohon Artemidous
“Yang paling dekat kepentingan kami, akan kami layani paling akhir”
jawabku
“Jangan undurkan, Caesar. Baca sekarang juga” tegas Artemidous
“Apa orang ini gila?” seruku sambil menunjuk Artemidous, lalu publius
pun mengusir Artemidous. Dan aku langsung masuk menuju tempat para senat.
Di dalam sudah ada Cassius, Antonius, Trebonius, Decius, Brutus, Cinna
dan Casca. Akupun langsung memulai pembicaraan.
“Apa kita semua sudah siap? Apa yang tidak baik, yang senatnya harus
rubah?
“Caesar yang mulia, yang perkasa dan kuasa. Metellus Cimber menjatuhkan
depan singgasanamu hati yang dina” seru Metellus sembari berlutut
“Jangan lakukan itu Cimber. Segala sembah sujud dan sikpa merendah diri
dapat membakar darah orang biasa, lalu merobah apa yang sudah ditetapkan dan
diumumkan menjadi hokum dunia kanak-kanak. Jangan begitu bodoh, untuk mengira
Caesar akan membiarkan darah pemberontak yang dapat dilumerkan dari benuk
aslinya dengan cara-cara yang dapat melunturkan seorang bodoh – maksudku,
kata-kata manis, sembah sujud merendah hati dan sanjungan yang lata. Dengan
keputusan, saudara Anda sudah dibuang. Karena Anda membungkuk dan menyembah dan
menyanjung untuknya, maka Anda akan kuhindari bagai kutukan. Ketahuilah, Caesar
tidak khilaf dan ia tak akan puas tanpa alasan”
seruku
“Apa tak ada suara yang lebih berharga dari suaraku, yang oleh Caesar
kedengaran manis sekali hingga pembuangan saudaraku bisa dibatalkan?”
“Kucium tangan Anda Caesar, tapi bukan dengan maksud menyanjung,
memohonkan supaya Publius Cimber segera dibebaskan dari pembuangan” tambah
Brutus
“Apa, Brutus?” tanyaku
“Ampun, Caesar. Ampun” sambung
Cassius merendahkan diri sampai ke cerpu kakiku, untuk memohonkan pembebasan
buat Publius Cimber.
“Hatiku mungkin tergerak, sekiranya aku adalah kau. Sekiranya aku bisa
berdoa untuk menggerakkan hati, maka pastilah hatiku berdoa; tapi aku kukuh
bagai bintang utara, yang keteguhan dan kemantapan sifatnya, tak ada
tandingannya di seluruh cakrawala. Langit dilukis dengan bunga api yang tak
terkira. Semuanya api, dan seluruhnya gemerlapan. Tapi diantara semuanya ada
satu yang bertahan di tempatnya. Begitu juga di dunia ini. Ia kaya dengan manusia
dan manusia terbuat dari darah dan daging dan cerdik sekali; tapi dari semuanya
hanya seorang yang kukenal yang berpegang pada jabatannya tanpa bisa
digoyahkan. Atau digoyahkan oleh gerakan. Dia adalah aku, karena itu kuizinkan
aku membuktikan, juga dalam hal ini, bahwa aku tetap berpendirian bahwa Cimber
harus dibuang dan berketetapan untuk membiarkan dia dibuang” jawabku, lalu
Cinna pun ikut angkat bicara.
“Oh, Caesar”
“Pergilah! Apa kau mau mengangkat Olimpus? Bukankah Brutus sudah
berlutut dengan sia-sia?” seruku
“Bicaralah tangan, untukku!” tambah Casca
Lalu dengan cepat Cassius, Delius dan Metellus menikamku di dahului oleh
Casca, kemudian diikuti oleh markus Brutus.
“Apa-apaan ini?” seruku
“sampai jumpa di neraka Caesar!” seru Brutus sambil menusuk pundakku
dengan belati, lalu Cassius, Delius dan Metellus pun mengikutinya hingga aku
tak sadar, dan lepaslah nyawa dari dalam ragaku.
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh ahli
nujum itu tentang pertengahan maret. Dan memang terbukti bahwa kekuasaan dapat
merubah orang yang paling ku percaya menjadi penghianat sekaligus pembunuhku.
Jakarta,30.05.2013
Boim Dos Santos