Minggu, 03 Maret 2013

Percaya atau Kebodohan (essai)


Percaya atau Kebodohan ?

  Setiap manusia pasti memiliki kepercayaan, entah pada tuhan, pikiran, dan lain lain.
tapi dewasa ini manusia sering kali terjebak dengan pikirannya masing-masing, sekali lagi memang ilmu sebesar apapun kadang bisa luntur seketika dengan sebab percaya.
percaya memang penting tapi bila itu menjadi kenyataan pahit yang bodoh , apakah aka terus kita lakukan ?
  Mungkin cerita ini bisa kita temukan pada dunia politik, di mana ada dua orang sekawan yang saling kenal satu sama lain bisa dibilang sahabat, kedua sahabat itu masing-masing sudah mengenal baik dan buruk dari keduanya, sayang nasib keduanya tidak sama. Ketika itu salah seorang dari mereka menjadi pemimpin dari sebuah kelurahan dan dengan kebaikanya ia mengangkat sahabatnya itu menjadi wakilnya dengan bermodalkan kepercayaan, sungguh aneh bila dengan sebuah pikiran dan rasa bernama “percaya” seorang mampu menjadi tangan kanan sebuah pemimpin kelurahan tanpa skill dan kemaampuan. Lalu apakah pekerjaan sebagai petani akan berhasil bila dikerjaan seorang nelayan dengan berbekal pikiran dan rasa yang bernama percaya?
  Kembali kepada Humanisme, adakah seorang manusia yang tidak ingin memjadi raja di kalangannya? menjadi penguasa bagi kaumya? lalu memberikan perintah bagi bawahanya dan langsung dikerjakan ? lantas apa yang terjadi? Tampaknya tangan kanan sang pemimpin itupun lupa dengan ijazah “kepercayaan” yang membuatnya menjadi tinggi, dengan segala cara ia berusaha menjatuhkan kawanya itu demi singgasana yang setiap orang idamkan begitupun dia. Berhasilkah ia ? tentu saja ,bukankah kita sering kali mendengar pepatah “Musuh terbaik kita adalah sahabat kita sendiri” memang kenyataan, ia yang setiap kali ada disekeliling kita, mengetahui aib dan rahasia kita, ia pun tahu apa yang akan menjatuhkan kita dan tahu apa yang akan membuat kita kembali berdiri.
  Lalu ada cerita dari negeri dongeng, siapa yang tidak kenal dengan kisah Cinderella ? semua orang pasti kenal , mungkin pernah kita diceritakan ibu kita saat menjelang tidur, atau mungkin saat kita menonton di acara animasi dan kartun yang ada di televisi. Ia adalah seorang yang cantik kala zamannya itu dan tentu saja banyak yang ingin mengalahkan kecantikanya kala itu. Salah satunya adalah seorang nenek tua yang berperan sebagai nenek sihir dalam cerita itu, sekali lagi dengan bermodalkan “kepercayaan” sang Cinderella yang diberikan buah apel dari seorang nenek tanpa tahu asal usul nenek itu dengan jelas langsung menerima bahkan memakan apel pemberian nenek itu, yang ternyata di dalamnya telah diberikan racun yang seketika membunuhnya.
  Apakah kepercayaan selalu menjadi buah simalakama bagi pemiliknya ? dan bukankan tindakan yang merugukan bagi kita adalah sebuah tindakan bodoh ? lalu bagaimanakah kita menyikapinya ?
  Adalagi sebuah kisah cerita dari seorang kaya raya yang baik hati, saat itu ia bertemu dangan teman masa mudanya di SMA, ia bermaksud memberikan pekerjaan bagi temanya itu agar temannya itu bisa sama sukses seperti dirinya, tapi apakah kesuksesan mampu dibuat tanpa usaha dari setiap individu? Tanpa pikir panjang sang kaya raya yang baik hati itu memberikan modal kepada temanya yang miskin itu untuk menjalani usaha, menyewa beberapa pegawai dan kios untuk memulai usahanya. Memang ajaib sekali dunia ini dengan ijazah kepercayaan dalam satu hari seorang mampu menjadi seorang Bos mendadak. Niat untuk membatu memang sangat baik, tapi sepertinya banyak orang  salah dalam melakukan niatnya itu, dan kadang bukannya sebuah keuntungan malah sebaliknya yang ia dapatkan. Seharusnya ia tahu bagaimana mempekerjakan seorang yang berpangkat pelayan dan berpangkat sebagai bos, bukan langsung menjadikan seorang pelayan menjadi bos. ia percayakan hal yang seharusnya dikerjakan sorang ahli kepada seorang yang amatir, apakah bukan tindakan bodoh ? dan landasan dari tindakan bodoh itu jelas : sebuah kepercayaan.
  Apakah kita akan terus masuk sebuah perangkap kepercayaan ini terus menerus ? bukankah seseorang harus sudah tahu dan memilih mana yang harus dikerjakan seorang pegawai dan seorang pemimpin, seorang pelayan dan seorang akuntan, dan bersikap kepada seorang yang jahat dan seorang yang baik.
Akankah berhasil sebuah usaha jika dipimpin oleh seorang yang harusnya menjadi pegawai ?
Akankah beres pekerjaan penghitungan yang seharusnya dikerjakan seorang akuntan jika dikerjakan seorang pelayan ? apakah selamat jika kita menbaik-baikan seorang penjahat ?
  Apakah semua itu bukan suatu yang jelas-jelas merugikan ? dan jika telah jelas merugikan kenapa dewasa ini masih sering kali terjadi ?
Apakah bukan sebuah tindakan bodoh ? memang percaya itu perlu dimiliki setiap manusia, apakah jadinya jika seseorang tanpa kepercayaan ? tak memiliki identitas agama pasti. Tapi alangkah baiknya jika kita tidak terlalu percaya yang toh akan merugikan diri kita sendiri.
  Bukankah orangtua kita telah membayar mahal untuk membuat kita menjadi lebih pintar dari mereka ?
lalu kenapa kita masih tergolong mudah sekali melakukan tindakan bodoh dengan berlandasan Kepercayaan ?


Dos “Boim” Santos
Jakarta, 03.03.13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar