Aldo The Lucky Man
Aldo
Sueb Saputra namanya, ia adalah seorang pria blasteran betawi jawa. Singkat
cerita Ayah dan Ibunya bertemu dikomplek mawar Jakarta timur, ayah Aldo adalah
seorang polisi kompek alias hansip dan ibunda aldo adalah seorang chef gang Laler, yakni tukang masak
hajatan khusus warga gang Laler yang bertempat di sebelah komplek mawar tempat
Ayah Aldo bertugas. Keduanya bertemu didepan portal ketika ibunda Aldo
menanyakan alamat ketika hendak menghantarkan pesanan. Dari pertemuan itu lahirlah
seorang anak dari seorang superhero komplek dan koki spesialis hajatan.
Usianya
kini sudah menginjak 21 tahun, kini ia berkuliah di universitas ternama
dijakarta. Aldo adalah anak yang tidak terlalu pintar namun ia adalah anak yang
memiliki tingkat keberuntungngan yang tinggi. Aldo adalah anak gang laler
pertama yang dapat bermain PS3, pergi ke Timezone, ke luar negeri, naik mobil
Mercedes benz, bermain Billiard, Ice Skateting, Diving, makan Spagetti hingga
memakai Jersey Original. Jika semua anak-anak muda dikumpulkan dan dibuat Gang
Laler Award, sepertinya Aldo lah yang memenangkan semua penghargaan tersebut,
karena telah memegang rekor diatas.
Itu
semua bukan karena aldo seorag anak pejabat tetapi berkat pergaulan Aldo dengan
Wawan, seorang sahabatnya yang memiliki orang tua seorang pengusaha. Persahabatan
Aldo dengan Wawan dimulai ketika mereka berusia 11 tahun, waktu itu Aldo
melihat Wawan yang sedang memakai Tas Power Ranger ingin pulang, pergaulan Aldo
yang keras dengan anak-anak lain di gang laler membuatnya berniat ingin sekali
memalaknya, namun takdir berkata lain, ia kedahuluan oleh teman-temannya, ia
melihat Wawan di keroyok anak-anak Gang Laler lainnya, niat Aldo pun berubah ia
pun menghampiri Wawan yang sedang di keroyok.
“Woi bocah, lo ngapain
mukulin temen gua. Pada berani lo sama bapak gua?”
“Emang Bapak lo siapa?”
Tanya salah seorang anak.
“Eh Jumadi, dia anaknya
superhero kompek sebelah yang galak itu. Tukang gorengan aja di gertak bapaknya
langsung pingsan apalagi kita” seru salah seorang dari mereka yang mengenali
Ayah Aldo.
“Iye Jum, Tuyul sama
babi ngepet aje gapernah mau masuk kompek sebelah gara-gara bapaknye die yang
jaga. Anak-anak semua bubar”
Lalu
anak-anak yang sedang meneroyok Wawan pun pergi semua karena tahu siapakan
orangtua dari Aldo. Wawan pun berterima kasih kepada Aldo dan langsung mengajak
Aldo kerumahnya, mereka pun berangkat dengan mobil yang menjemput Wawan. Saat
sampai pada rumah Wawan, Aldo pun kaget ketika
melihat rumah Wawan yang sangat luas.
“Wan, rumah lo gede
banget yak? Gue kalo mau kencing kudu manggil tukang ojek nih buat ke wc.
Apalagi kamar lo busway gandeng juga kalah lebar nih” Wawan pun tertawa dengan
pertanyaan Aldo dan persahabatan merekapun dimulai.
Keberuntungan
Aldo tidak sampai disitu, iapun beruntung karena mampu lolos bersekolah
disekolah negeri ternama hingga tembus seleksi pada universitas negeri yang
membuatnya bersekolah satu kampus dengan Wawan.
Namun
Aldo tidaklah selalu beruntung dalam segala hal, ia memiliki kekurangan
keberuntungan perihal masalah percintaan. Itu semua karena ia memiliki selera
yang aneh terhadap wanita, dahulu ketika SMA ia sempat menggaet seorang wanita
berhijab yang memakai kerudungan seperti ninja, lalu suka dengan wanita yang
merokok kretek, semuanya pun gagal hingga yang terakhir ia suka kepada wanita
yang memiliki kegemaran bertinju yang ia temui dikampusnya itu.
Nama
wanita itu adalah Adelia Cyitia Tyson, maklum Ayah dari wanita itu adalah
penggemar Muhamad Ali. Aldopun mulai mencari tahu Adelia dari jejaring sosial,
mulai dari kebiasaan wanita itu, tempat favorit, makanan kesukaan, teman-teman
dekat Adelia hingga silsilah keluarga Adelia pun tahu. Iapun bercerita kepada
Wawan untuk meminta saran agar didekatkan kepada wanita itu.
Usahanya
bermulai dari mengikuti Adelia ke kantin, melihat Adelia berlatih di sasana
tinju, meminta kontak Adelia ke berbagai sumber, memberi salam dan lainnya.
Namun sepertinya Aldo menemui jalan buntu, Adelia sama sekali tak merenpon Aldo
sedikitpun. Smsnya tak pernah dibalas, konfirmasi permintaan pertemanan di
media sosial pun sama. Iapun sedikit frustasi dan akhirnya ia memutuskan untuk
terpaksa menggamari tinju.
Aldopun
tiap malam menonton tinju di TVRI, streaming YouTube, menirukan gerakan para petinju hingga mengganti namanya
Facebooknya menjadi Aldo The Dragon Sueb. Agar dilihat oleh Adelia. Namun usaha
itupun gagal. Iapun kembali curhat kepada Wawan.
“Wan, ajarin gue cara
ngegebet cewe dong? Masa gue jomblo terus nih udeh seperlima abad sendiri mulu.
Berdebu nih hati gue, kosong mulu kaya kotak amal mesjid hari senen. Kapan nih
ada isinya, kotak amal aje penuh kalo hari jumat.”
“Lagi lo aneh-aneh aja
dah selera cewenya, yang biasa aja lah yang begitu-begitu mah sulit.”
“Yah, lo ngerendahinn
selera gue nih”
“Bukan begitu, cewe
yang lo suka itu aneh-aneh, pertama si Mutiah yang pake hijab udah kaya ponco
jas hujan. Ngeliat mata lo aja gamau gimana pacaran. Trus adalagi si Brenda
anak geng motor yang suka ngerokok kretek, bawa motor aje lo masih cupu
bisa-bisa elo yang diboncengin dia yang bawa motornya. Trus sekarang adalagi si
Adelia, cewe yang suka tinju. Baru minta nomor bisa langsung kena upper cut lo
Do”
“Yah, mau gimana lagi
hati gaada yang tahu Wan. Lagipula contohnye ada, tuh cerita beauty and the
beast, tuh cewe cakep aja mau sama orang yang serem. Masa gue sebagai cowo
terkeren di gang laler gabisa dapetin tuh Adelia.”
“Itu dongeng Do, ngaco
lo ah. Ini kan dunia nyata. Yaudah besok lo gue daftarin sasana tinju deh
gimana, biar bisa deketin si Adelia.”
“Wih, gitu dong wan
baru best friend gue. Besok tugas lo gue yang ngerjain deh sama gue yang print
juga sekalian.”
“Paling bisa emang lo
ye Do” seru Wawan dan mereka berduapun tertawa.
***
Aldo
pun sudah mulai berlatih di sasana tinju
yang bersamaan dengan Adelia, namun kali ini keberuntunganpun tak berpihak
kepada Aldo, dalam latihan-latihannyanya ia sering tidak fokus, karena fokusnya
adalah memperhatikan Adelia. Aldopun selalu kena pukul dalam latihan berduel.
Belum sempat dekat dengan Adelia iapun berpikir untuk keluar dari sasana itu
karena selalu pulang latihan dengan babak belur dan hampir tak ada respon yang
positif dari Adelia.
Pada
malam selanjutnya Aldo tidaklagi datang latihan, ia memilih untuk nongkrong di Seven Eleven sendirian. Iapun kaget
karena melihat Adelia tepat sedang berjalan membawa sebuah roti dan minuman
lalu duduk persis di depan tempat duduk Aldo. Aldopun berniat untuk
menghampirinya untuk sekedar ngobrol namun ia teringat pesan Wawan. “ah nanti
gue bisa kena upper cut lagi” pikir Aldo. Ketika Aldo berpikir demikian malah
Adelia terlebih dahulu yang menyapa Aldo.
“Hey, lo anak baru di
Sasana Mardika kan? Ga latihan”
“Eh, iya Del. Oia nama
gue Aldo” Jawab Aldo gugup.
“Kok lo tau nama gue
dah?”
“Yaiyalah Siapa yang
yang ga kenal bidadari spesialis film action di sasana mardika hehe, lagipula
kita kan satu kampus” seru Aldo.
“Haha bisa aja lo Do,
gue juga udah kenal kok. Siapa juga yang ga tau lo, anak mardika yang selalu
bonyok kalo lagi simulasi fight hehe” lalu Aldo pun beranjak dari tempat
duduknya dan duduk bersebelahan dengan Adelia.
“kok lo pindah dah,
emang gue nyuruh lo duduk di sini” seru Adelia
“Oia sorry, gue balik
lagi deh.” Jawab Aldo dengan wajah sedikit memelas.
“Hehe, becanda Do,
gpapakok” seru adelia lagi. Dan obrolan diantara merekapun dimulai hingga
mereka larut. Aldo yang terus menggombal dengan lawakan khas produk betawinya
malam itu dapat membuat Adelia tertawa hingga larut.
Keesokan
harinya Aldopun memulai pendekatannya, ia sering berkirim pesan singkat dengan
Adelia dan dibalas dengan positif. Seiring waktu berjalan mereka berduapun
dekat, lalu Aldo yang tahu Adelia dua hari lagi akan berulang tahun memutuskan
untuk membelikan Adelia kado. Ia meminjam uang kepada Wawan untuk membelikan
Sarung Tinju untuk Adelia.
Aldo
yang sudak keluar dari sasana tinju pun ingin memberikan surprise kepada
Adelia. Namun ia tidak mendapatkan hal positif, sepertinya Adelia malu ketika
Aldo datang memberinya hadiah di sasana mardika dan diketahu oleh teman-teman
Adelia perihal kedekatannya dengan Aldo. Kado yang Aldo berikan itupun dibuang
oleh Adelia ketempat sampah. Maklum Adelia adalah Petinju wanita terbaik di
sasana itu dan Aldo adalah alumni sasana yang tidak bisa apa-apa.
Semenjak
hal itu Adelia tak pernah membalas pesan dari Aldo, ketika di kampuspun Adelia
lebih memilih menghindar dari Aldo. Pernah Aldo menungguya pulang berlatih dari
sasana tetapi Adelia langsung menghindar dengan kembali masuk sasana menelpon
taksi dan langsung kembali pulang.
Aldopun
galau, ia menyesal karena telah memberi surprise yang membuat Adelia malu.
Tetapi ia juga bingung. Selasai kelas Ia pun kembali curhat dengan Wawan
dan Muslim teman kampusnya agar
diberikan solusi.
“Wan, Slim, gimana ya?
Masa Zonk lagi nih gue padahal udah deket.”
“Adel itu suka juga
sama lo Do, dia gengsi aja sama temen-temennya jadinya begitu” seru Wawan.
“Iya Do, kan cowo-cowo
gaada yang berani deketin Adel, walau dia lumayan cakep tapi tetep aja jiwanya
petinju, Cuma lo doang yang berani deketin” tambah Muslim.
“Emang nih, selera gue
terlalu aneh kali ya?”
“Engga Do, lo malah
keren. Selera lo Out of the box. Non
mainstream.”
“Iya, kalo gue saranin
lo sabar aja dulu. Kalo si Adel beneran suka sama lo pasti dia minta maaf trus
deket lagi dah”
“Nah muslim bener tuh,
mending kita nonton Adel fight aja gimana. Dia ikut turnamen dibulungan tuh.”
“Iya Do, wawan bener tuh.
Oia udah Asar nih, gue ke kantin gue dulu ya” seru Muslim yang langsung pergi
meninggalkan obrolan.
“Ah elo Slim, azan asar
bukannya solat malah makan. Nama doang muslim” seru Wawan.
“Justru karena namanya
Wan dia jadi ga solat” seru Aldo.
“lah kok gitu Do?”
“Iya, kan nama
panjangnya Non Muslim, mana mau solat dia hahaha.” Seru aldo hingga mereka
berduapun tertawa bersama dan memutuskan untuk pulang.
***
Hari
ini adalah Hari di mana Adelia akan mengikuti turnamen tinjunya di bulungan.
Aldo, Wawan dan Muslim bergegas untuk
melihat pertandingan tersebut. Jalan di Jakarta selatan sore itu nampak padat
merayap seperti jalur pantura pada musim mudik. Rencana mereka yang sampai pada
pukul empat sorepun gagal. Akhirnya mereka sampai pada bulungan pada pukul
tujuh, suasana ditempat itupun sangat ramai namun tampak gerombolan orang
keluar dari gor.
“Yah pasti sudah
selesai pertandingannya, tadi aja kita naik motor Wan” seru Aldo sembari
kecewa.
“Belum tentu Do,
mending lo turun Tanya tuh orang-orang pertandingannya udah selesai apa belum.”
Balas Wawan.
“Iya Do, yaudah gue
yang nanya dah” tambah Muslim, ia pun langsung turun dari mobil dan menanyakan
kepada orang.
“Ah salah Wan kita
harunya masuk lewat puntu depan kata orang-orang itu, ini mah Acara pameran
batu Akik. Kalo tinju lewat depan masuknya kita muter aja” seru muslim.
Merkapun
akhirya sampai pada tempat turnamen tersebut dan waktunya pun pas sekali, hanya
tersisa satu pertandingan final dan itu akan dilakoni Adelia. Merekapun tak
sabar karena final itu sudah memasuki
ronde ke lima. Mereka bertigapun langsung masuk namun tak mendapat tempat
karena ramai sekali dan keadaanpun sesak oleh penonton. Hampir tak ada celah
untuk melihat,namun Aldo memilliki akal lain, ia menyuruh muslim jongkok dan
membiarkan Aldo naik di bahunya seperti sedang menonton konser Slank. Aldopun
terkejut ketika mampu melihat Adelia, ternyata sarung tunju yang ia gunakan
adalah kado pemberian Aldo, ia pun loncat-loncat kegirangan di bahu Muslim
hingga muslim tak bisa stabil dan jatuhlah mereka berdua.
Aldo
pun pingsan dan dibawa ke ruangan khusus yang ada di dalam gor, ia sempat tak
sadarkan diri selama 30 menit. Dan ketika ia perlahan sadar terlihatlah
bayangan wanita yang ia idam-idamkan tersebut.
“Ah Adelia, pasti ini
mimpi” Seru Aldo dalam keadaan setengah sadar. Lalu ia melihat Wawan dan
Muslim.
“Lo ga mimpi Do, itu
Adelia beneran” seru Wawan.
“Ah ini pasti mimpi,
kalo beneran coba suruh Adelia upper cut gue” tantang Aldo.
“Aldo mau beneran, nih”
seru Adelia yang langsung meletakan tangannya yang masih mengenakan sarung
tinju tepat di wajah Aldo sembari memutarnya seperti sedang ngulek bumbu ketoprak.
Aldopun kesakitan dan akhirnya bangun dari pingsannya.
“Eh ternyata bener
Adelia hehe” seru Aldo dan memberi kode kepada Wawan dan Muslim untuk keluar
dari ruangan meninggalkan merka berdua.
“Maaf ya Do, gue
khilaf, gue gengsi sama temen-temen gue disasana. Abis lo pas udah dapet kontak
gue langsung keluar begitu aja dari sasana kan ketauan modus banget.”
“Iya Del, abis gue
gaada bakat ditinju. Bakat gue Cuma saying sama lo doang kayanya hehe. Abis
tiap pulang latihan bonyok terus makanya gue putusin buat berenti dari sasana
deh”
“Hehe dasar lo gombal,
oia ini nih kado dari lo gue pake ternyata bawa hoki juga nih gue menang hehe”
“Ah lo kan emang Rambo
versi bidadari bukan hoki tapi emang udah bakat.”
“Gombal mulu kan hehe”
“Hehe, tapi beneran
Del, yaudah jangan jauhin gue lagi dong. Gue tuh suka meriang kalo lo jauhin,
gue minta kerokin Bokap bukannye sembuh malah Bokap gue yang meriang, jadi gue
deh yang ngerokin bokap gue. Gue kepikiran lo melulu Del. Ah gue saying sama lo
Del”
“Hehe, masih aja lo
gombal, iya do gue juga kok, baru lo doang cowo yang berani deketin gue dan
bisa bikin gue ketawa hehe makasih ya Do”
“Jadi gue diterima nih”
Tanya Aldo dengan antusias. Dan dijawab Adel dengan mengangguk.
“Nyak Be, anaknye udeh
kaga jomblo lagi nih, Hatinye udeh ga berdebu lagi kaya daleman bedug mesjid.
Wan, Slim kawan lo udeh punya pacar nih. Udeh ga karatan lagi kaya klanpot yang
abis di semir belerang, jadi mengkilap” teriak aldo sembari memeluk Adelia.
Doni Ahmadi
Jakarta, mei 2015
Jakarta, mei 2015
Catatan.
Cerpen ini dibuat karena adanya mata kuliah sastra populer yang mengharuskan mahasiswwanya menulis sebuah cerita populer. sebuah genre sastra yang bisa dibilang fleksibel karena mengikuti permintaan pasar. genre tanpa ideologi, miskin makna dan lainnya. berbeda dengan genre sastra serius, sastra populer lebih kepada golongan remaja, hal yang berbau dengan tren yang ada di sekitar. konflik yang dibuat biasa, dan cerita yang tak pernah lepas dari unsur cinta, dan berakhir Happy Ending". tujuan saya memasukan tulisan ini adalah untuk sekedar menghibur, dan semoga pembaca yang budiman bisa membedakan dari cerpen-cerpen sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar