Selasa, 02 Juni 2015

Cerpen Populer

Aldo The Lucky Man

Aldo Sueb Saputra namanya, ia adalah seorang pria blasteran betawi jawa. Singkat cerita Ayah dan Ibunya bertemu dikomplek mawar Jakarta timur, ayah Aldo adalah seorang polisi kompek alias hansip dan ibunda aldo adalah seorang chef gang Laler, yakni tukang masak hajatan khusus warga gang Laler yang bertempat di sebelah komplek mawar tempat Ayah Aldo bertugas. Keduanya bertemu didepan portal ketika ibunda Aldo menanyakan alamat ketika hendak menghantarkan pesanan. Dari pertemuan itu lahirlah seorang anak dari seorang superhero komplek dan koki spesialis hajatan. 

Usianya kini sudah menginjak 21 tahun, kini ia berkuliah di universitas ternama dijakarta. Aldo adalah anak yang tidak terlalu pintar namun ia adalah anak yang memiliki tingkat keberuntungngan yang tinggi. Aldo adalah anak gang laler pertama yang dapat bermain PS3, pergi ke Timezone, ke luar negeri, naik mobil Mercedes benz, bermain Billiard, Ice Skateting, Diving, makan Spagetti hingga memakai Jersey Original. Jika semua anak-anak muda dikumpulkan dan dibuat Gang Laler Award, sepertinya Aldo lah yang memenangkan semua penghargaan tersebut, karena telah memegang rekor diatas.

Itu semua bukan karena aldo seorag anak pejabat tetapi berkat pergaulan Aldo dengan Wawan, seorang sahabatnya yang memiliki orang tua seorang pengusaha. Persahabatan Aldo dengan Wawan dimulai ketika mereka berusia 11 tahun, waktu itu Aldo melihat Wawan yang sedang memakai Tas Power Ranger ingin pulang, pergaulan Aldo yang keras dengan anak-anak lain di gang laler membuatnya berniat ingin sekali memalaknya, namun takdir berkata lain, ia kedahuluan oleh teman-temannya, ia melihat Wawan di keroyok anak-anak Gang Laler lainnya, niat Aldo pun berubah ia pun menghampiri Wawan yang sedang di keroyok.

“Woi bocah, lo ngapain mukulin temen gua. Pada berani lo sama bapak gua?”

“Emang Bapak lo siapa?” Tanya salah seorang anak.

“Eh Jumadi, dia anaknya superhero kompek sebelah yang galak itu. Tukang gorengan aja di gertak bapaknya langsung pingsan apalagi kita” seru salah seorang dari mereka yang mengenali Ayah Aldo.

“Iye Jum, Tuyul sama babi ngepet aje gapernah mau masuk kompek sebelah gara-gara bapaknye die yang jaga. Anak-anak semua bubar”

Lalu anak-anak yang sedang meneroyok Wawan pun pergi semua karena tahu siapakan orangtua dari Aldo. Wawan pun berterima kasih kepada Aldo dan langsung mengajak Aldo kerumahnya, mereka pun berangkat dengan mobil yang menjemput Wawan. Saat sampai pada rumah Wawan, Aldo  pun kaget ketika melihat rumah Wawan yang sangat luas.

“Wan, rumah lo gede banget yak? Gue kalo mau kencing kudu manggil tukang ojek nih buat ke wc. Apalagi kamar lo busway gandeng juga kalah lebar nih” Wawan pun tertawa dengan pertanyaan Aldo dan persahabatan merekapun dimulai.

Keberuntungan Aldo tidak sampai disitu, iapun beruntung karena mampu lolos bersekolah disekolah negeri ternama hingga tembus seleksi pada universitas negeri yang membuatnya bersekolah satu kampus dengan Wawan.

Namun Aldo tidaklah selalu beruntung dalam segala hal, ia memiliki kekurangan keberuntungan perihal masalah percintaan. Itu semua karena ia memiliki selera yang aneh terhadap wanita, dahulu ketika SMA ia sempat menggaet seorang wanita berhijab yang memakai kerudungan seperti ninja, lalu suka dengan wanita yang merokok kretek, semuanya pun gagal hingga yang terakhir ia suka kepada wanita yang memiliki kegemaran bertinju yang ia temui dikampusnya itu.

Nama wanita itu adalah Adelia Cyitia Tyson, maklum Ayah dari wanita itu adalah penggemar Muhamad Ali. Aldopun mulai mencari tahu Adelia dari jejaring sosial, mulai dari kebiasaan wanita itu, tempat favorit, makanan kesukaan, teman-teman dekat Adelia hingga silsilah keluarga Adelia pun tahu. Iapun bercerita kepada Wawan untuk meminta saran agar didekatkan kepada wanita itu.

Usahanya bermulai dari mengikuti Adelia ke kantin, melihat Adelia berlatih di sasana tinju, meminta kontak Adelia ke berbagai sumber, memberi salam dan lainnya. Namun sepertinya Aldo menemui jalan buntu, Adelia sama sekali tak merenpon Aldo sedikitpun. Smsnya tak pernah dibalas, konfirmasi permintaan pertemanan di media sosial pun sama. Iapun sedikit frustasi dan akhirnya ia memutuskan untuk terpaksa menggamari tinju.

Aldopun tiap malam menonton tinju di TVRI, streaming YouTube, menirukan gerakan para petinju hingga mengganti namanya Facebooknya menjadi Aldo The Dragon Sueb. Agar dilihat oleh Adelia. Namun usaha itupun gagal. Iapun kembali curhat kepada Wawan.

“Wan, ajarin gue cara ngegebet cewe dong? Masa gue jomblo terus nih udeh seperlima abad sendiri mulu. Berdebu nih hati gue, kosong mulu kaya kotak amal mesjid hari senen. Kapan nih ada isinya, kotak amal aje penuh kalo hari jumat.”

“Lagi lo aneh-aneh aja dah selera cewenya, yang biasa aja lah yang begitu-begitu mah sulit.”

“Yah, lo ngerendahinn selera gue nih”

“Bukan begitu, cewe yang lo suka itu aneh-aneh, pertama si Mutiah yang pake hijab udah kaya ponco jas hujan. Ngeliat mata lo aja gamau gimana pacaran. Trus adalagi si Brenda anak geng motor yang suka ngerokok kretek, bawa motor aje lo masih cupu bisa-bisa elo yang diboncengin dia yang bawa motornya. Trus sekarang adalagi si Adelia, cewe yang suka tinju. Baru minta nomor bisa langsung kena upper cut lo Do”

“Yah, mau gimana lagi hati gaada yang tahu Wan. Lagipula contohnye ada, tuh cerita beauty and the beast, tuh cewe cakep aja mau sama orang yang serem. Masa gue sebagai cowo terkeren di gang laler gabisa dapetin tuh Adelia.”

“Itu dongeng Do, ngaco lo ah. Ini kan dunia nyata. Yaudah besok lo gue daftarin sasana tinju deh gimana, biar bisa deketin si Adelia.”

“Wih, gitu dong wan baru best friend gue. Besok tugas lo gue yang ngerjain deh sama gue yang print juga sekalian.”

“Paling bisa emang lo ye Do” seru Wawan dan mereka berduapun tertawa.

***
Aldo pun sudah  mulai berlatih di sasana tinju yang bersamaan dengan Adelia, namun kali ini keberuntunganpun tak berpihak kepada Aldo, dalam latihan-latihannyanya ia sering tidak fokus, karena fokusnya adalah memperhatikan Adelia. Aldopun selalu kena pukul dalam latihan berduel. Belum sempat dekat dengan Adelia iapun berpikir untuk keluar dari sasana itu karena selalu pulang latihan dengan babak belur dan hampir tak ada respon yang positif dari Adelia.

Pada malam selanjutnya Aldo tidaklagi datang latihan, ia memilih untuk nongkrong di Seven Eleven sendirian. Iapun kaget karena melihat Adelia tepat sedang berjalan membawa sebuah roti dan minuman lalu duduk persis di depan tempat duduk Aldo. Aldopun berniat untuk menghampirinya untuk sekedar ngobrol namun ia teringat pesan Wawan. “ah nanti gue bisa kena upper cut lagi” pikir Aldo. Ketika Aldo berpikir demikian malah Adelia terlebih dahulu yang menyapa Aldo.

“Hey, lo anak baru di Sasana Mardika kan? Ga latihan”

“Eh, iya Del. Oia nama gue Aldo” Jawab Aldo gugup.

“Kok lo tau nama gue dah?”

“Yaiyalah Siapa yang yang ga kenal bidadari spesialis film action di sasana mardika hehe, lagipula kita kan satu kampus” seru Aldo.

“Haha bisa aja lo Do, gue juga udah kenal kok. Siapa juga yang ga tau lo, anak mardika yang selalu bonyok kalo lagi simulasi fight hehe” lalu Aldo pun beranjak dari tempat duduknya dan duduk bersebelahan dengan Adelia.

“kok lo pindah dah, emang gue nyuruh lo duduk di sini” seru Adelia

“Oia sorry, gue balik lagi deh.” Jawab Aldo dengan wajah sedikit memelas.

“Hehe, becanda Do, gpapakok” seru adelia lagi. Dan obrolan diantara merekapun dimulai hingga mereka larut. Aldo yang terus menggombal dengan lawakan khas produk betawinya malam itu dapat membuat Adelia tertawa hingga larut.

Keesokan harinya Aldopun memulai pendekatannya, ia sering berkirim pesan singkat dengan Adelia dan dibalas dengan positif. Seiring waktu berjalan mereka berduapun dekat, lalu Aldo yang tahu Adelia dua hari lagi akan berulang tahun memutuskan untuk membelikan Adelia kado. Ia meminjam uang kepada Wawan untuk membelikan Sarung Tinju untuk Adelia.

Aldo yang sudak keluar dari sasana tinju pun ingin memberikan surprise kepada Adelia. Namun ia tidak mendapatkan hal positif, sepertinya Adelia malu ketika Aldo datang memberinya hadiah di sasana mardika dan diketahu oleh teman-teman Adelia perihal kedekatannya dengan Aldo. Kado yang Aldo berikan itupun dibuang oleh Adelia ketempat sampah. Maklum Adelia adalah Petinju wanita terbaik di sasana itu dan Aldo adalah alumni sasana yang tidak bisa apa-apa.

Semenjak hal itu Adelia tak pernah membalas pesan dari Aldo, ketika di kampuspun Adelia lebih memilih menghindar dari Aldo. Pernah Aldo menungguya pulang berlatih dari sasana tetapi Adelia langsung menghindar dengan kembali masuk sasana menelpon taksi dan langsung kembali pulang.

Aldopun galau, ia menyesal karena telah memberi surprise yang membuat Adelia malu. Tetapi ia juga bingung. Selasai kelas Ia pun kembali curhat dengan Wawan dan  Muslim teman kampusnya agar diberikan solusi.

“Wan, Slim, gimana ya? Masa Zonk lagi nih gue padahal udah deket.”

“Adel itu suka juga sama lo Do, dia gengsi aja sama temen-temennya jadinya begitu” seru Wawan.

“Iya Do, kan cowo-cowo gaada yang berani deketin Adel, walau dia lumayan cakep tapi tetep aja jiwanya petinju, Cuma lo doang yang berani deketin” tambah Muslim.

“Emang nih, selera gue terlalu aneh kali ya?”

“Engga Do, lo malah keren. Selera lo Out of the box. Non mainstream.”

“Iya, kalo gue saranin lo sabar aja dulu. Kalo si Adel beneran suka sama lo pasti dia minta maaf trus deket lagi dah”

“Nah muslim bener tuh, mending kita nonton Adel fight aja gimana. Dia ikut turnamen dibulungan tuh.”

“Iya Do, wawan bener tuh. Oia udah Asar nih, gue ke kantin gue dulu ya” seru Muslim yang langsung pergi meninggalkan obrolan.

“Ah elo Slim, azan asar bukannya solat malah makan. Nama doang muslim” seru Wawan.

“Justru karena namanya Wan dia jadi ga solat” seru Aldo.

“lah kok gitu Do?”

“Iya, kan nama panjangnya Non Muslim, mana mau solat dia hahaha.” Seru aldo hingga mereka berduapun tertawa bersama dan memutuskan untuk pulang.

***
Hari ini adalah Hari di mana Adelia akan mengikuti turnamen tinjunya di bulungan. Aldo, Wawan dan Muslim  bergegas untuk melihat pertandingan tersebut. Jalan di Jakarta selatan sore itu nampak padat merayap seperti jalur pantura pada musim mudik. Rencana mereka yang sampai pada pukul empat sorepun gagal. Akhirnya mereka sampai pada bulungan pada pukul tujuh, suasana ditempat itupun sangat ramai namun tampak gerombolan orang keluar dari gor.

“Yah pasti sudah selesai pertandingannya, tadi aja kita naik motor Wan” seru Aldo sembari kecewa.

“Belum tentu Do, mending lo turun Tanya tuh orang-orang pertandingannya udah selesai apa belum.” Balas Wawan.

“Iya Do, yaudah gue yang nanya dah” tambah Muslim, ia pun langsung turun dari mobil dan menanyakan kepada orang.

“Ah salah Wan kita harunya masuk lewat puntu depan kata orang-orang itu, ini mah Acara pameran batu Akik. Kalo tinju lewat depan masuknya kita muter aja” seru muslim.

Merkapun akhirya sampai pada tempat turnamen tersebut dan waktunya pun pas sekali, hanya tersisa satu pertandingan final dan itu akan dilakoni Adelia. Merekapun tak sabar karena final itu  sudah memasuki ronde ke lima. Mereka bertigapun langsung masuk namun tak mendapat tempat karena ramai sekali dan keadaanpun sesak oleh penonton. Hampir tak ada celah untuk melihat,namun Aldo memilliki akal lain, ia menyuruh muslim jongkok dan membiarkan Aldo naik di bahunya seperti sedang menonton konser Slank. Aldopun terkejut ketika mampu melihat Adelia, ternyata sarung tunju yang ia gunakan adalah kado pemberian Aldo, ia pun loncat-loncat kegirangan di bahu Muslim hingga muslim tak bisa stabil dan jatuhlah mereka berdua.

Aldo pun pingsan dan dibawa ke ruangan khusus yang ada di dalam gor, ia sempat tak sadarkan diri selama 30 menit. Dan ketika ia perlahan sadar terlihatlah bayangan wanita yang ia idam-idamkan tersebut.

“Ah Adelia, pasti ini mimpi” Seru Aldo dalam keadaan setengah sadar. Lalu ia melihat Wawan dan Muslim.

“Lo ga mimpi Do, itu Adelia beneran” seru Wawan.

“Ah ini pasti mimpi, kalo beneran coba suruh Adelia upper cut gue” tantang Aldo.

“Aldo mau beneran, nih” seru Adelia yang langsung meletakan tangannya yang masih mengenakan sarung tinju tepat di wajah Aldo sembari memutarnya seperti sedang ngulek bumbu ketoprak. Aldopun kesakitan dan akhirnya bangun dari pingsannya.

“Eh ternyata bener Adelia hehe” seru Aldo dan memberi kode kepada Wawan dan Muslim untuk keluar dari ruangan meninggalkan merka berdua.

“Maaf ya Do, gue khilaf, gue gengsi sama temen-temen gue disasana. Abis lo pas udah dapet kontak gue langsung keluar begitu aja dari sasana kan ketauan modus banget.”

“Iya Del, abis gue gaada bakat ditinju. Bakat gue Cuma saying sama lo doang kayanya hehe. Abis tiap pulang latihan bonyok terus makanya gue putusin buat berenti dari sasana deh”

“Hehe dasar lo gombal, oia ini nih kado dari lo gue pake ternyata bawa hoki juga nih gue menang hehe”

“Ah lo kan emang Rambo versi bidadari bukan hoki tapi emang udah bakat.”

“Gombal mulu kan hehe”

“Hehe, tapi beneran Del, yaudah jangan jauhin gue lagi dong. Gue tuh suka meriang kalo lo jauhin, gue minta kerokin Bokap bukannye sembuh malah Bokap gue yang meriang, jadi gue deh yang ngerokin bokap gue. Gue kepikiran lo melulu Del. Ah gue saying sama lo Del”

“Hehe, masih aja lo gombal, iya do gue juga kok, baru lo doang cowo yang berani deketin gue dan bisa bikin gue ketawa hehe makasih ya Do”

“Jadi gue diterima nih” Tanya Aldo dengan antusias. Dan dijawab Adel dengan mengangguk.

“Nyak Be, anaknye udeh kaga jomblo lagi nih, Hatinye udeh ga berdebu lagi kaya daleman bedug mesjid. Wan, Slim kawan lo udeh punya pacar nih. Udeh ga karatan lagi kaya klanpot yang abis di semir belerang, jadi mengkilap” teriak aldo sembari memeluk Adelia.



Doni Ahmadi
Jakarta, mei 2015 

Catatan. 
Cerpen ini dibuat karena adanya mata kuliah sastra populer yang mengharuskan mahasiswwanya menulis sebuah cerita populer. sebuah genre sastra yang bisa dibilang fleksibel karena mengikuti permintaan pasar. genre tanpa ideologi, miskin makna dan lainnya. berbeda dengan genre sastra serius, sastra populer lebih kepada golongan remaja, hal yang berbau dengan tren yang ada di sekitar. konflik yang dibuat biasa, dan cerita yang tak pernah lepas dari unsur cinta, dan berakhir Happy Ending". tujuan saya memasukan tulisan ini adalah untuk sekedar menghibur, dan semoga pembaca yang budiman bisa membedakan dari cerpen-cerpen sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar