Dipenghujung Surat, Saat kau tak
lagi Tertidur di dalam Puisiku
Ada lara,
dimana aku harus membunuh apa yang tak seharusnya kubunuh. Barangkali seperti
hujan yang tak ingin manusia berlarian disaat ia datang.
Menulis
kemarin adalah hal yang tak kusuka pagi ini, terlebih malam-malam setelah ini.
Aku sedikit menyesal ketika harus menjadi pengingat, kerena mengingat tak
melulu baik bagi mereka yang harus membunuh apa yang seharusnya mereka rawat.
Terlebih ingatan itu begitu melekat.
Kini
waktu telah menulis apa yang seharusnya ia tulis, kita hanya bisa terdiam. Kita
hanya bisa berimaji tentang kemarin ketika waktu merekam tawa, cita, sendu
kita. Dan kita tak bisa lagi berharap banyak padanya, berharap pada waktu
dimana kau terlelap pulas dan tak berniat untuk bangun dari puisiku. Memang,
kita harus belajar bagaimana menjalani waktu –sebuah dimensi dimana kita kadang
tak tersadar ketika hendak berjalan diatasnya.
Aku
sudah terlampau lelah untuk berharap pada waktu, pada petang kemarin disaat
pertama aku merebahkan engkau didalam puisiku. Tetapi aku sadar, mungkin juga
engkau, bahwasanya kita memang masih mengharapkan waktu kemarin. Engkau yang
mengharapkan petang kemarin dan aku yang masih berharap agar engkau selalu
terjaga didalamnya.
Entahlah,
waktu yang terlalu egois untuk kita atau kita yang terlalu abai ketika
membiarkan waktu berjalan diatas kita tanpa sadar.
Sungguh,
setiap detik pada kemarin masihlah kuingat, begitu pula dirimu. Yang masih
tetap terjaga dalam rumahmu dahulu. Entah sampai kapan, mungkin setelah kukirim
sajak ini. Namun, saat kau telah memiliki rumah barumu dan seorang yang mampu
membuatmu tertidur dalam puisinya.
Memanglah kita harus melupakan masing-masing
dari wajah kita, harum tubuh kita, ingatan tentang kita dan lain-lainnya.
Karena mungkin rumahmu itu tak lagi ramah untukmu, untuk sekedar mengingat
hal-hal itu. Mengingat setiap detail waktu yang menggambarkan tentang kita.
Namun
ingatlah. Jika pada suatu hari nanti kita berpapasan pada petang yang sama,
pada puisi pertama yang kubuat untuk membuatmu terlelap. Aku akan kembali
menanyakan tentang cinta, bukan kemarin atau hal-hal yang membuat kita lupa
menjadi kita. Hanya sebuah pertanyaan kecil tentang cinta, bukan untukmu,
tetapi untuku. Karena aku begitu mencintaimu.
Itu saja.
Desember Dinihari.
Do
Do
Teruntukmu
Do, entah kutulis ribuan
kata-kata yang menggambarkan sosok serupa engkau,
imaji tentang kita juga hal yang membuatku
tersenyum dalam ingatan
juga tentang aku yang mencintai
puisi
Waktu kerap egois untuk kita,
Terkadang inginku ulang waktu
dimana aku seharusnya dapat bersikap
Selayaknya kekasih yang terbaik
untukmu
Juga tentang mu yang tak selalu
dengan duniamu
Saat ini, aku hanya ingin
dirimu
Aku mencintaimu
Sekian.
Akhir
Desember 2014
Senja
dalam Cibubur
Di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar